This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

pendidikan pon-pest di Indonesia

Ponpes merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia yaitu sejak zaman wali songo. Merekalah para wali songo yang dianggap perintis utama pondok pesantren di Jawa dan kemudian berkembang keseluruh tanah air.

Perjalanan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam trdisional telah teruji oleh perjalanan sejarah dalam masa kerajaan-kerajaan Islam maupun pada masa penjajahan Belanda selama ± 360 tahun, namun pesantren masih tetap eksis dan survive..

Perkembangan pesantren semakin banyak setelah zaman kemerdekaan terlebih lagi pada masa Orde Baru dimana tidak hanya kuantitasnya yang semakin besar, melainkan juga sistem pendidikan serta kegiatan dalam pesantren lebih variatip. Disamping pesantren-pesantren tersebut tetap mempertahankan sistemnya yang lama yaitu pengajian halaqah, tapi juga telah banyak membuka klassikal dengan mengikuti kurikulum Pemerintah (Depag, bahkan SKB tiga menteri).

Dan untuk mengetahui lebih jauh tentang pesantren, DR. Zamaksyari Dhofier dalam bukunya; Tradisi Pesantren menyebutkan, bahwa ada beberapa elemen utama yang harus dimiliki sebuah Pesantren. Elemen-elemen tersebut adalah:

*
Kyai. Ia mereupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren, bayhkan Kyailah pendiri utama sebuah pesantren. Dan tidak sedikit kemashyuran sebuah sebuah pesantren disebabkan kehebatan dan kedalaman ilmu sang Kyai. Dikalangan dunia Pesantren, sosok Kyai merupakan top leader, bahkan sering dilukiskan sebagai The Litle King (raja kecil).
*
Masjid. Ia merupakan sarana pertama dan utama pesantren selain rumah Kyai. Masjid, disamping sebagai tempat shalat setiap waktu yang lima, shalat tahajud dimalam hari, juga berfungsi sebagai tempat belajar yang efektif bagi para santri, bahkan dijadikan sebagai tempat tidur mereka. Dan tradisi tersebut sebenarnya merupakan upaya menghidupkan tradisi yang dilakukan oleh Rasulullah saw dalam mendidik sahabat-sahabat beliau di masjid Nabawy.
*
Santri. Adalah elemen penting dalam sebuah pesantren, karena mereka lah yang menjadi obyek utama untuk diajar, diasuh dan dididik oleh Kyai. Sebuah pesantren dianggap besar, salah satuinya disebabkan; lantaran jumlah santrinya yang banyak. Dalam tradisi pesantren, santri dibagi menjadi dua; yaitu santri mukim, umumnya terdiri dari santri yang berasal dari daerah-daerah agak jauh dan jauh dari lokasi pesantren, tapi tidak sedikit dari santri-santri tersebut yang mukim sekalipun rumah dan tempat tinggal mereka dekat dari lokasi pesantren. Selain santri mukim tersebut, juga ada santri kalong, yaitu murid-murid yang berasala dari desa-desa dikeliling pesantren yang biasanya tidak mukim dipesantren. Dan untuk mengikuti pengajian di pesantren mereka harus bolak balik dari rumah sendiri.
*
Pondok (asrama santri). Mengingat santri- santri tersebut banyak yang berasal dari tempat-tempat yang jauh atau karena keinginan mereka untuk dapat mengikuti semua kegiatan dipesantren, maka keberadaan pondok (asrama santri) menjadi elemen yang tidak kalah pentingnya dengan elemen-elemen yang lainnya. Asaram santri, umumnya berada disekitar rumah Kyai, dan tidak jauh dari masjid, dengan pertimbanganmereka lebih mudah diawasi dan diajar oleh Kyai. Asrama tersebut dibangun dengan dana dari wali-wali santri ditambah dengan partisispasi dan swadaya masyarakat atau para muhsisnin yang simpati dengan pesantren. Bangunan-bangunan asrama tersebut cukup sederhana dan kadang-kadang dihuni oleh banyak santri dalam setiap kamarnya, karena banyaknya santri yang mukim, sedangkan pengelola pesantren kemampuannya terbatas.
*
Kajian kitab-kita islam klasik. Dunia pesantren tidak dapat dilepaskan dari kajian kitab-kitab klasik atau sering disebut kitab kuning (mungkin karena kertasnya umumnya berwarna kuning), atau sering juga disebut sebagai kitab gundul (tidak berbaris).

Dalam tradisi pesantren, kajian kitab-kitab tersebut telah menjadi rujukan yang baku yang sulit diganti dengan kitab-kitab lainnya. Sekalipun dunia pendidikan diluar pesantren kurikulumnya telah berubah berkali-kali, tetapi pesantren tetap dengan kajian utamanya.

Adapaun kitab-kitab kajian utama yang umumnya selalu dikaji dipesantren sebagai berikut:

a- Fiqih - Mulai dari Mabadi fiqhiyah, Safinatun Najah, Matan Taqrib, fathul Qarib, Fathul Mu’in, Kifayatul Akhyar, Tahrir, Bafadhal, Iqnaa’, Fathul Wahhaab, Mughnil Muhtaaj.

b- Tafsir - Jalalain, Baidhawy, Shoowy, Ibnu Katsir dll.

c- Hadist - Arba’in Nawawy, Bulughul Maram. Riyadhus Sholihin, Fathul Baary, Shahih Bukhary dll.

d- Tashawwuf - Akhlaqulil Banin, Ta’limul Muta’aliim, Kifayatul atqiyaa’, Ihya Ulumuddin.

e- Nahwu - Jurumiyah, Syarah Dahlan, Syaekh Khalid, Asymawy, Kawakib, Azhary, Alfiyah, Ibnu Malik, Ibnu ‘Aqil, Qothrun Nada dll.

f- Balaghah - Jauhar Maknun, Mi’roojus Shibyaan dll.

Mengapa pondok-pondok pesantren dapat berkembang sampai saat ini bahkan dapat mengikuti lembaga-lembaga pendidikan modern yang dikelola Pemerintah? Hemat kami, karena pondok-pondok pesantren ditopang oleh lima pilar yang disebut Panca Jiwa Pesantren, yaitu:

Pertama: Keikhlasan dan ketulusan hati para Kyai, para ustadz, wali santri juga santri-santri dalam menuntut ilmu semata-mata karena mencari keridhaan Allah swt, bukan didorong oleh keinginan mencari kekayaan dan lainnya.

Kedua: Kemandirian yang tidak mau bergantung kepada orang lain.

Ketiga: Kesederhanaan. Karena prinsip ini, pesantren bisa melaksanakan kegiataanya dalam situasi yang paling memperihatinkan sekalipun.

Keempat: Ukhuwwah Islamiyah, ini mengandung persatuan dan kesatuan dalam mewujudkan cita-cita.

Kelima: Kebebasan yang terarah, termasuk keterbukaan untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang positif dan mempunyai mashlahat. Karenanya sangat populer didunia Pesantren kaidah yang mengatakan:

Memelihara yang lama yang baik, dan mengambil yang baru yang lebih baik (bermanfaat).

Adapun sistim pengajaran yang diterapkan dipesantren-peantren, menurut Dr. Zamakhsyary Dhofier ialah:

Sistim Sorogan, dimana seorang murid mendatangi seorang guru yang akan membacakan beberapa baris dari ayat Al-qur’an atau kitab-kitab berbahasa arabdan menterjemahkannya kedalam bahasa jawa atau indonesia. Pada gilirannya murid mengulangi dan menerjemahkan kata demi kata sepersis mungkin seperti yang dilakukan oleh gurunya. Sistem penerjemahan disebut sedemikian rupa sehingga para murid dapat belajar tata bahasa arab langsung dari kitab-kitab tersebut secara cepat, dan hanya bisa menerima tambahan pelajaran bila telah berulang-ulang mendalami pelajaran sebelumnya. Sistim ini sangat menekankan kwalitas.

Dan methode lain yang utama dipesantren adalah sistim bandongan atau disebut weton. Dalam sistim ini, sekelompok murid dengan jumlah yang cukup banyak, bisa dari lima orang sampai ratusan orang mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan sering kali mengulas buku-buku islam dalam bahasa arab, sementara setiap murid memperhatikan kitabnya sendiri dan membuat catatan. (baik arti atau keterangan) tentang kata-kata atau buah fikiran ynag sulit. Kleompok kelas dari sistim bandongan ini yang disebut; Halaqah yang artinya lingkaran (murid) atau sekelompok santri yang belajar dibawah bimbingan seorang guru.

Namun sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu, Pesantren-pesantren telah membuka diri dan menerima perobahanyang positif dengan membuka sistim Klassikal, juga mengajarkan ilmu-ilmu yang dikelompokkan ilmu pengetahuan umum, saint dan tehnology bahkan juga keterampilan pada masa Al-marhum Prof. Dr. Mukti Ali menjadi Menteri Agama RI. Bahkan saat disekolah-sekolah yang ada dipondok-pondok pesantren ditingkat Ibtidaiyyah, Tsanawiyah dan Aliyah, prosentase ilmu-ilmu pengetahuan umum sudah jauh lebih besar dibandingkan ulum syari’ah (ilmu agama), mungkin 75 % dibanding 25 %.

Apakah dengan keadaan seperti itu Pondok Pesantren yang merupakan lembaga Tafaqquh Fiddiin dan tempat pengkaderan Ulama akan kehilangan perannya?

Insya Allah tidak, asalkan pondok pesantren teguh mempertahankan kedua sistim pengajaran yang telah kita sebutkan diatas dengan kajian kitab-kitab kuningnya. Bahkan, diharapkan hal inilah yang dapat melahirkan Ulama plus, Ilmuwan plus, atau ulama yang intelek dan intelektual yang ulama. Dan disisi lain dapat melahirkan ulama yang berpotensi menjadi umara’ dan umara’ yang memiliki karakter ulama. Lebih jauh lagi kedepan, agar pondok-pondok pesantren semakin survival, Pondok-pondok pesantren harus membuat program kerja yang baik dan rapi yang disebut sebagai Panca Kerja, yaitu:

1- Meningkatkan mutu

2- Menyiapkan sarana yang cukup berdasarkan planing (tata letak)

3- Menggali sumber-sumber dana dan pengembangan koperasi

4- Pengkaderan

5- Mengadakan pengabdian kepada masyarakat.

Harapan kita, semoga orang-orang yang mempunyai kewenangan legislatif dan ekskutif dapat memikirkan sekaligus menganggarkan lebih besar lembaga-lembaga yang sudah jelas-jelas sangat berjasa membangun ratusan ribu generasi yang akan memakmurkan Daerah ini kedepan, dan mengurangi anggaran-anggaran yang hanya dinikmati oleh puluhan gelintir orang saja seperti pelaksanaan kunjungan kesana kemari, tapi tidak satupun yang dilaksanakan dilapangan, baik oleh ekskutif maupun legislatif. Demikian, dan mohon maaf atas segala kekurangan. Wallohu a’lam

Profl MA-ALMASIMA

A. Latar Belakang Historis
Keberadaan Madrasah Aliyah Almaarif Singosari tidak dapat dilepaskan dari embrio Yayasan Pendidikan Almaarif Singosari yakni Madrasah Misbahul Wathon yang lahir pada tahun 1923. Lembaga pendidikan ini didirikan sebagai perwujudan kepedulian terhadap bangsa Indonesia yang saat itu masih dijajah Belanda. Almarhum Almaghfurlah Bapak K.H. Masjkoer (mantan Menteri Agama dan Wakil Ketua DPR/MPR RI) pendiri lembaga pendidikan ini bersama beberapa Kyai Sepuh pada awalnya menginginkan lembaga pendidikan ini mampu menyiapkan generasi muda yang mampu berjuang demi kemerdekaan bangsanya.

Sebelum kemerdekaan, siswa yang belajar di MMW ini hanya siswa putra saja, sebab saat itu belum lazim perempuan bersekolah formal. Murid-murid inilah yang pada masa revolusi kemerdekaan banyak bergabung dalam Lasykar Hizbullah dan Sabilillah yang markas besarnya berada di kota di Singosari, dan sebagai Panglima Besarnya adalah KH Zainul Arifin dan KH Masjkoer.

Sampai tahun 1929, proses belajar mengajar di MMW masih sering mendapat halangan, terutama dari Pemerintah Hindia Belanda. Atas saran Almarhum Almaghfurlah Bapak KH. Abdul Wahab Hasbullah, nama MMW diubah menjadi Madrasah Nahdlatul Wathon dan sekaligus menjadi cabang Nahdlatul Wathon Surabaya.
Pada kurun waktu berikutnya, berbagai satuan pendidikan didirikan, mulai MINU, MTs. NU dan PGA NU yang nantinya menjadi MANU, tepat pada tanggal 1 September 1966. Semua lembaga ini bernaung di bawah bendera LPA (Lembaga Pendidikan Almaarif). LPA ini akhirnya berubah menjadi Yayasan Pendidikan Almaarif Singosari berdasarkan Akta No. 22 tahun 1977. Notaris E.H. Widjaja, S.H.

Dalam perkembangannya, sejak tanggal 29 Agustus 1983, MANU kemudian secara resmi menjadi Madrasah Aliyah Almaarif Singosari dengan status akreditasi TERDAFTAR berdasarkan Piagam Madrasah Nomor L.m./3C.295C/1983, Kemudian meningkat menjadi DIAKUI berdasarkan SK. Departemen Agama RI No. B/E. IV/MA/02.03/1994 dan memiliki nomor statistik madrasah (NSM) 312350725156. Seiring dengan kemajuan yang diupayakan secara berkesinambungan dalam proses belajar-mengajar dan prestasi yang diraih, dari status DIAKUI, MA Almaarif Singosari kemudian meningkat berstatus akreditasi DISAMAKAN berdasarkan SK No. E.IV/PP.03.2/KEP/36.A/1999 tanggal 29 Maret 1999. Status terakhir MA Almaarif Singosari adalah terakreditasi “A” (Unggul) berdasarkan Piagam Akreditasi Nomor A/Kw.134/MA/192/2005 tanggal 27 Mei 2005.

B. Visi, Misi, Tradisi dan Tujuan Madrasah
Sebagai upaya memberikan arah, motivasi serta kekuatan gerak bagi seluruh jajaran yang terlibat langsung dalam pengembangan madrasah, maka dirumuskan visi, misi dan tradisi yang dikembangkan di Madrasah Aliyah Almaarif Singosari.

Rumusan itu juga dipandang sangat penting untuk menyatukan persepsi, pandangan, cita-cita dan harapan-harapan semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Rumusan tentang visi dan misi tersebut, juga dilengkapi secara jelas dan terperinci tentang perilaku, peran dan langkah-langkah yang semestinya dilakukan sebagai pedoman bagi seluruh civitas akademikanya.

Penjelasan dan penjabaran visi, misi tradisi serta upaya ujtuk mencapai tujuan MA Almaarif Singosari sebagai berikut:

Visi :
“Menyelamatkan, Mengembangkan dan Memberdayakan Fitrah Manusia”
Misi :
”Menyelenggarakan proses pendidikan yang didukung organisasi dan administrasi yang efektif, efisien, akuntabel serta berkelanjutan untuk menjamin outcame yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan masyarakat, bernuansa islami berwawasan ahlussunnah waljama’ah.”
Visi di atas diilhami dari Surat Maryam ayat 15 :
وسلام عليه يوم ولد ويوم يموت ويوم يبعث حيا
Uraian misi dari penyelenggaraan pembelajaran dan pendidikan di MA Almaarif sebagai berikut :

1. Memacu semangat untuk menjadi menjadi manusia yang bertakwa, soleh individual maupun sosial, islami, moderat, haus ilmu pengetahuan untuk mencapai derajat ulil albab serta bermanfaat bagi masyarakat.

2. Meningkatkan pengetahuan siswa dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menunjang kelanjutan studi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan berkualitas.

3. Membiasakan penghayatan dan pelaksanaan nilai-nilai agama secara utuh dan inklusif.

4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi dan berbudaya di masyarakat dihiasi sikap tasammuh, tawazun, i’tidal dan tawassuth serta tidak bersikap eksklusif dalam beragama.

5. Menjadikan MA Almaarif sebagai lembaga pendidikan dinamis yang memproses sumber daya manusia berbasis imtaq dan teknologi serta menghasilkan prestasi akademik maupun non akademik.

Tradisi :
Tradisi yang dikembangkan di Madrasah Aliyah Almaarif Singosari Malang adalah perilaku sivitas akademika dalam melakukan peran masing-masing didasari oleh kesadaran tinggi atas peran yang disandangnya untuk meraih cita-cita bersama.

Kesadaran itu dibangun atas dasar pemahaman yang mendalam terhadap visi dan misi yang dikembangkan. Hal itu tercermin dalam pemikiran, sikap, dan tindakan dalam menjalankan tugas-tugas keseharian. Oleh sebab itu, kinerja sivitas akademika meliputi; pimpinan, guru, tenaga kependidikan dan siswa merupakan cerminan dari tradisi Madrasah Aliyah Almaarif Singosari.
Sebagai gambaran, penampilan yang dibangun dalam kelembagaan dan juga pribadi yang berada di Madrasah Aliyah Almaarif sebagai berikut :
1. Penampilan Fisik
Secara fisik Madrasah Aliyah Almaarif, sebagai lembaga pendidikan yang beridentitas dan bernafaskan Islam, selalu berupaya menampilkan citra yang berwibawa, sejuk, rapi dan indah. Komplek Madrasah Aliyah Almaarif harus memberikan kesan bahwa :
1.1. Sebagai lembaga pendidikan Islam maka harus bersih, rapi, sejuk dan indah.
1.2. Modern dan dinamis serta dihuni oleh orang-orang beriman dan beramal saleh serta kuat dalam memahami kitab.
1.3. Penghuninya menggambarkan orang –orang yang dekat kepada Allah SWT,
1.4. Tawadlu' dan sopan kepada sesama manusia, dan peduli pada lingkungan.
1.5. Aktifitas yang ada di dalamnya menggambarkan citra ibadah, cinta kasih, berhikmah dan bertazkiyah.
1.6. Terpercaya dan menumbuhkan keteladanan bagi masyarakat.
2. Kelembagaan
2.1. Memiliki tenaga akademik yang handal dalam pengembangan keilmuan.
2.2. Memiliki tradisi akademik yang mendorong lahirnya prestasi bagi seluruh sivitas akademikanya.
2.3. Memiliki manajemen yang kokoh yang mampu menggerakan seluruh potensi untuk mengembangkan kreatifitas sivitas akademika.
2.4. Memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan bersikap proaktif serta inovatif.
2.5. Memiliki pimpinan yang mampu mengakomodasikan seluruh potensi yang dimiliki menjadi penggerak lembaga secara menyeluruh.
3. Profil Guru
3.1. Selalu menampakkan diri sebagai seorang mukmin dan muttaqin yang kuat di mana saja ia berada.
3.2. Ridlo dan senang pada profesinya, serta dilakukan dengan penuh kasih sayang dengan niat beribadah dan penuh keikhlasan.
3.3. Selalu beramar ma'ruf nahi munkar serta senantiasa berwasiat kebenaran dan kesabaran diiringi sifat penuh kasih sayang.
3.4. Memiliki wawasan keilmuan yang luas serta profesionalisme yang tinggi.
3.5. Kreatif, dinamis, dan inovatif dalam pengembangan keilmuan.
3.6. Bersikap dan berprilaku jujur, amanah dan berakhlakul karimah dan selalu berhikmah dalam berprilaku dan dapat menjadi contoh sivitas akademika lainnya.
3.7. Berdisiplin tinggi dan selalu mematuhi kode etik profesi.
3.8. Memiliki kemampuan penalaran dan ketajaman berfikir ilmiah yang tinggi.
3.9. Memiliki kesadaran yang tinggi di dalam bekerja yang didasari oleh niat beribadah dan selalu berupaya meningkatkan kualitas pribadi dalam iman dan taqwa.
3.10. Berwawasan luas dan bijak dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.
3.11. Memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan bersikap proaktif.
4. Profil Pegawai/Karyawan/ Staf
4.1. Selalu menampakkan diri sebagai seorang mukmin dan muttaqin yang kuat di mana saja ia berada.
4.2. Selalu bermamar ma'ruf nahi mungkar serta senantiasa berwasiat kebenaran dan kesabaran diiringi dengan sifat kasih sayang.
4.3. Bersikap dan berprilaku jujur, amanah dan berakhlakul karimah dan berhikmah serta dapat menjadi contoh sivitas akademika lainnya.
4.4. Memiliki profesionalisme yang tinggi dalam melaksanakan tugas keadministrasian dan mencintai pekerjaan.
4.5. Berorientasi pada kualitas pelayanan.
4.6. Cermat, cepat, tepat dan efisien dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan tugas.
4.7. Sabar dan akomodatif.
4.8. Selalu mendahulukan kepentingan madrasah di atas kepentingan pribadi dan ikhlas.
4.9. Berpakaian rapi dan pandai mematut diri serta sopan dalam ucapan dan perbuatan.
4.10. Mengembangkan husnudzon dan menjahui su'udzon.
5. Profil Siswa
5.1. Memiliki performance (penampilan) sebagai siswa muslim yang kuat iman dan taqwanya.
5.2. Berpenampilan sebagai calon pemimpin umat yang ditandai dengan : kesederhanaan, kerapian dan penuh percaya diri disertai disiplin yang tinggi.
5.3. Tawadlu' dan sopan pada guru, pegawai, kedua orang tua dan hormat pada sesamanya serta penuh kasih sayang pada lingkungannya.
5.4. Haus dan cinta ilmu pengetahuan.
5.5. Memiliki keberanian, keterbukaan dalam amar ma'ruf nahi munkar serta senantiasa menjalankan berwasiat kebenaran dan berwasiat kesabaran.
5.6. Kreatif, inovatif dan berpandangan jauh ke depan.
5.7. Memiliki kepekaan terhadap persoalan lingkungannya.
5.8. Bermusyawarah dalam menyelesaikan segala persoalan.
5.9. Mampu berkomunikasi dalam wilayah regional, nasional maupun global.
5.10. Memiliki kemauan belajar di bidang profesi-profesi yang bermanfaat dalam kehidupan modern.
6. Profil Alumni/Lulusan
Madrasah Aliyah Almaarif Singosari mengharapkan agar setiap lulusan memiliki 7 (tujuh) kekuatan, yaitu :
6.1. Kekuatan dalam memahami dan mengamalkan kitab (ilmu pengetahuan).
6.2. Kekuatan berhikmah (ilmu yang bermanfaat yang senantiasa mendorong untuk diaplikasikan dalam bentuk perbuatan)
6.3. Memiliki sifat kasih sayang yang tinggi.
6.4. Senantisa bertazkiyah (senantiasa dalam kondisi fitrah)
6.5. Senantiasa meningkatkan takwa.
6.6. Berbakti kepada kedu orang tua dan orang yang dituakan.
6.7. Tidak terjebak/terjerumus dalam kemaksiatan.

Dengan 7 (tujuh) kekuatan tersebut, diharapkan lulusan Madrasah Aliyah Almaarif Singosari menjadi manusia yang selamat, berkembang dan berdaya secara lahir-batin dalam menempuh kehidupan dunia-akhirat.
7. Sentra kegiatan yang dikembangkan
7.1. Masjid dan Pondok Pesantren.
7.2. Gedung madrasah dan sarana belajar. .
7.3. Perpustakaan.
7.4. Laboratorium.
8. Fungsi Masjid dan Pondok Pesantren
8.1. Melatih dan memperdalam spiritual, melalui tradisi :
a. Sholat berjamaah.
b. Sholat malam (qiyamullail).
c. Tadarrus Al-Qur'an.
d. Istiqomah aurad (istighotsah)
8.2. Menciptakan iklim yang kondusif untuk pengembangan bahasa asing (Arab dan Inggris)
8.3. Melatih hidup berorganisasi dan bertanggung jawab terhadap amanah.
8.4. Melatih kepedulian pada orang lain dan lingkungannya.
8.5. Memupuk dan melatih diri dalam keahlian profesi pilihan yang bermanfaat di masa depan.
8.6. Melatih dan meneliti ilmu pengetahuan yang diperoleh di madrasah dengan melihat secara langsung aplikasinya di dunia nyata.
9. Pengembangan Sumber Daya Manusia
9.1. Mendorong dan mengupayakan kepada guru dan karyawan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi (S1 dan S2).
9.2. Selalu mengupayakan kepada guru dan karyawan untuk senantiasa mengikuti kegiatan kursus, pelatihan, seminar, lokakarya dan kegiatan lain yang menunjang profesi.
9.3. Meningkatkan kesejahteraan guru dan karyawan secara bertahap dan berkelayakan.
9.4. Mendorong guru untuk menulis buku dan karya ilmiah, penelitian dan pengabdian masyarakat.
10. Pengembangan Sarana dan Prasarana
10.1. Pengembangan Perpustakaan:
a. Penambahan koleksi buku referensi sesuai dengan anggaran yang
ada.
b. Melengkapi buku pegangan guru dan siswa.
c. Menumbuhkan suasana haus informasi/buku/majalah bagi warga madrasah.
d. Menyediakan media pembelajaran, sumber balajar dan alat peraga yang dibutuhkan guru
10.2. Pengembangan ruang belajar diupayakan dengan :
a. Merenovasi ruang belajar yang kondusif dan menyenangkan.
b. Melengkapi sarana dan prasarana ruang belajar yang dibutuhkan.
c. Menciptakan suasana ruang belajar yang islami dan harmonis.
10.3. Pengembangan sarana penunjang :
a. Melengkapi koleksi tanaman Green House yang dibutuhkan praktikum biologi.
b. Melengkapi dan pengadaan bahan praktikum kimia dan fisika.
c. Lebih memberdayakan Lab. IPA dan Lab Bahasa.
d. Menciptakan taman yang sejuk, asri dan menyenagkan sebagai sarana pembelajaran.
e. Pengadaan Lab.komputer dan TI serta Digital Libraly yang representatif.
11. Kemampuan akademik guru yang ideal
11.1. Memilki sertifikasi akademik yang lebih berkelayakan mengajar minimal S1 dan memiliki akta IV.
11.2. Memiliki Ruh jihad yang tinggi dalam berjuang mengemban amanah.
11.3. Didasari cinta kasih sayang dan ikhlas dalam semua interaksi akademik.
11.4. Memilki kedekatan dengan siswa karena ilmu dan uswah-nya.

12. Hubungan Intra Madrasah
12.1. Bersifat Kekeluargaan.
12.2. Selalu didasari oleh rasa kasih sayang dan saling menghormati.
12.3. Tercipta suasana hubungan guru- murid bagaikan hubungan anak- orang tua, jauh dari sifat transaksional.
12.4. Diliputi oleh suasana saling membantu untuk kemajuan bersama.
13. Hubungan Sivitas Akademika dengan Madrasah
13.1. Setiap warga Madrasah Aliyah Almaarif Singosari; pimpinan, guru karyawan, dan siswa selalu dipandang oleh masyarakat luar sebagai representasi Madrasah Aliyah Almaarif Singosari Malang.
13.2. Madrasah Aliyah Almaarif Singosari adalah wahana bagi seluruh warganya untuk mengembangkan diri, mengabdi dan melakukan amal saleh. Oleh karena itu madrasah ini akan menjadi salah satu saksi keberadaan masing-masing individu yang pernah menapakkan kaki dan tangannya di Madrasah Aliyah Almaarif ini.

Tujuan Madrasah :
Berpijak dari visi, misi dan tradisi yang dikembangkan, maka MA Almaarif Singosari sebagai institusi pendidikan memiliki tujuan:
“Menuju madrasah berskala regional berstandar nasional dengan berpedoman pada kaidah memelihara nilai lama yang luhur dan mengadopsi nilai-nilai baru yang lebih baik ”
C. Data Fisik Sarana-Prasarana
Madrasah Aliyah Almaarif Singosari berdiri di atas tanah seluas 1674m2, dengan luas bangunan 636m2. Madrasah Aliyah Almaarif Singosari memiliki sarana/prasarana sebagai berikut :

Sarana/Prasarana MA Almaarif Singosari
No. Nama Sarana Jumlah Luas
1. Ruang kelas 10 48m2
2. Ruang Tamu 1 4m2
3. Ruang Perpustakaan 1 56m2
4. Ruang Kepala Madrasah 1 8m2
5. Ruang Guru 1 14m2
6. Ruang BP/BK 1 8m2
7. Ruang Tata Usaha 1 8m2
8. Ruang Wakamad 1 8m2
9. Laboratorium IPA 1 10m2
10. Ruang Koperasi Siswa 1 8m2
11. Ruang TI 1 96m2
12. Ruang UKS 1 8m2
13. Ruang OSIS 1 4m2
14. Ruang Pramuka 1 4m2
15. Kamar Mandi Guru 1 2m2
16. Kamar Kecil Siswa 4 2m2
17. Masjid 1 80m2
18. Laboratorium Bahasa 1 56m2
19. Green House 1 48m2
20. Lapangan Olah Raga 1 110m2

D. Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Pada Tahun Pelajaran 2006-2007 ini, tenaga guru dan staf di MAA berjumlah 51 orang, dengan rincian 43 orang tenaga edukatif dan 8 orang staf TU dan karyawan lainnya. Untuk semua tenaga edukatif mengajar sesuai dengan spesifikasi keilmuannya masing-masing dan telah menyelesaikan jenjang pendidikan S-1 serta beberapa orang diantaranya telah lulus dalam menempuh studi S-2 di beberapa PT negeri dan swasta di Malang.
E. Data Siswa
Jumlah keseluruhan siswa di MAA pada tahun pelajaran 2006-2007 saat ini berjumlah 600 orang, dengan rincian 224 siswa kelas satu, 178 siswa kelas dua dan 198 siswa kelas tiga. Dengan jumlah rombongan kelas belajar sebanyak 14 kelas. Siswa MAA sebagian besar berasal dari luar kota Singosari. Keadaan ini didorong oleh keberadaan kurang lebih 18 pesantren di sekitar MAA yang menjadi tempat tinggal dan belajar siswa MAA di luar aktifitas pendidikan formal di MAA.
Karena Siswa MAA berasal dari berbagai daerah di Indonesia, maka Alumni MAA juga tersebar ke berbagai daerah. 70 % alumni MAA melanjutkan ke berbagai Perguruan Tinggi baik di Malang maupun di luar Malang. Beberapa bahkan berhasil mendapatkan beasiswa studi S-1 di Universitas Negeri seperti UNAIR, UI, UIN dan Universitas di Timur Tengah seperti Al-Azhar University Kairo-Mesir, Al-Ahqaf Yaman serta beberapa di Libya.
siswa Madrasah Aliyah Almaarif Singosari, berasal dari latar belakang SMP/MTS negeri maupun swasta, sehingga kemampuan dasar mereka berbeda-beda. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi madrasah untuk mampu menyamakan persepsi dan pemahaman mereka dalam menempuh system pembelajaran dan tujuannya dalam menempuh ilmu di madrasah. Tabel berikut ini menunjukan asal sekolah siswa dan kelulusannya dalam Ujian Nasional selama kurun waktu 5 tahun terakhir :
HASIL KELULUSAN UJIAN NASIONAL
TAHUN PELAJARAN 2001-2003-2002 s/d 2005-2006
TAHUN JUMLAH PESERTA JUMLAH KELULUSAN
PELAJARAN L P JML L P JML %
2001-2002 95 152 247 95 152 247 100
2002-2003 80 188 268 80 188 268 100
2003-2004 88 166 254 88 166 254 100
2004-2005 92 181 273 88 180 268 98
2005-2006 75 131 206 70 127 197 95

Tabel 4
RATA-RATA NILAI UJIAN NASIONAL 5 TAHUN TERAKHIR
TAHUN PELAJARAN NILAI TAHUN PELAJARAN
2001/
2002 2002/
2003 2003/
2004 2004/
2005 2005/
2006
BHS TERTINGGI 7.58 8.70 7.57 9.00 9.40
TERENDAH 5.05 3.88 5.05 6.28 7.83
RATA 6.06 6.78 7.02 8.03 8.50
IPA TERTINGGI 6.97 4.90 5.70 8.33 9.20
TERENDAH 4.50 3.09 4.06 6.00 6.36
RATA 5.97 6.85 7.41 7.04 7.24
IPS TERTINGGI 7.15 6.83 6.15 8.22 8.48
TERENDAH 4.51 3.70 5.05 4.28 5.93
RATA 6.72 6.93 7.37 6.27 7.15

Tabel 5
OUTPUT SISWA 5 TAHUN TERAKHIR
TAHUN PELAJARAN 2001-2002 s/d 2005-2006
NO. TAHUN L/P MELANJUTKAN JENJANG PENDIDIKAN KE- JML
PELAJARAN PTAIN PTAIS PTUN PTUS PP KUR-
SUS TDK
DIKET LN
1 2001-2002 L 11 3 1 8 7 5 60 0 95
P 13 8 3 12 5 3 108 0 152
2 2002-2003 L 16 5 2 8 7 10 32 0 80
P 18 10 4 12 5 84 55 0 188
3 2003-2004 L 23 0 3 18 11 9 20 4 88
P 43 3 7 21 17 32 43 0 166
4 2004-2005 L 15 3 2 13 0 1 68 2 104
P 19 24 1 14 0 7 97 2 164
5 2005-2006 L 7 2 2 15 0 5 45 0 76
P 15 6 3 9 0 3 85 0 121
JUMLAH 180 64 28 130 52 159 613 8 1234
F. Data Prestasi Madrasah
Secara garis besar, prestasi yang diraih Madrasah Aliyah Almaarif Singosari selama lima tahun terakhir diantaranya sebagai berikut :
1. Juara II MAS berprestasi se- Jatim tahun 2002.
2. Peringkat 1 dan 10 besar Peraih NEM Terbaik pada UNAS TP. 2004-2005 Jurusan Program Bahasa Se-Jatim.
3. Peringkat 13 Nasional Peraih NEM Terbaik Jurusan Program Bahasa pada UNAS TP. 2005- 2006 baik lingkungan Depdiknas maupun Depag.

G. Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran
MA Almaarif Singosar sesuai dengan peraturan yang ada, mengikuti kurikulum MA yang dikeluarkan Departemen Agama RI. Sejak Tahun Pelajaran 2004-2005 secara bertahap MAA menggunakan sistem pembelajaran mengacu pada KBK dan saat ini dalam proses adaptasi dengan KTSP. Selain acuan kurikulum di atas, di MA Almaarif Singosari juga memiliki ciri muatan lokal yang diajarkan, diantaranya pelajaran ahlussunnah waljama’ah yang lebih kental dengan watak muslim moderat serta SKU atau Syarat kecakapan Ubudiyah.
Dengan keterbatasan jumlah lokal kelas yang dimiliki dan tidak seimbangnya daya tampung siswa, maka kegiatan Pembelajaran di MA Almaarif Singosari secara formal berlangsung setiap hari dengan rincian sebagai berikut:
l. Kelas X dan XII Program Jurusan Bahasa, IPA dan IPS berlangsung pukul 06.45 s.d 12.30 WIB dengan jumlah rombongan belajar 10 kelas.
2. Kelas XI Program Jurusan Bahasa, IPA dan IPS berlangsung pukul 12.45 s.d 15.30 WIB dengan jumlah rombongan belajar 4 kelas.

Selain proses pembelajaran di dalam kelas, juga dipadukan pembelajaran outbond yang dilaksanakan dalam paket kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan). Praktik ini dilaksanakan atas kerja sama dengan berbagai lembaga/instansi seperti BLK Pertanian Wonojati, Balai Inseminasi Buatan Singosari, Kebun Raya Purwodadi, PTPN (Kebun Teh Wonosari) dan beberapa PT di Malang (UNIBRAW, UM), bahkan sejak Akhir Tahun 2004-2005 ini MAA meluncurkan program PKL bersertifikasi keahlian bekerjasama dengan BLK Industri Singosari. Kegiatan ekstrakurikuler di MAA dilaksanakan dalam wadah PK IPNU-IPPNU MAA. Kegiatan rutin dipusatkan di hari Minggu sebagai student day dari pagi hingga sore hari dengan aktivitas: latihan basket dan sepakbola, kursus Bahasa Arab dan Inggris, latihan pramuka, PMR, gambus/banjari dan teater.
Adapun program insidental dilaksanakan sepanjang tahun mulai dari kegiatan pendidikan kader seperti Latihan Kepemimpinan, kegiatan penalaran seperti seminar, diskusi dan sarasehan, kegiatan olaraga seperti partisipasi dalam berbagai pertandingan dan liga sepak bola MAA, kegiatan minat dan bakat seperti Diklat Jurnalistik, ketrampilan home industri hingga kegiatan kesenian seperti pementasan drama, gambus dan pembuatan film indie bernuansa nilai-nilai Islami.
Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya.
Perkembangan dan perubahan secara terus-menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaiakan diri dengan perubahan zaman.

Atas dasar tuntutan mewujudkan masyarakat seperti tersebut di atas peningkatan mutu pendidikan termasuk yang diselenggarakan di madrasah yang dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia yang seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan, keterampilan dan seni. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup, menyesuaiakan diri, dan berhasil di masa mendatang. Dengan demikian, peserta didik memiliki ketangguhan, kemandirian dan jati diri yang dikembangkan melalui pembelajaran dan atau pelatihan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.

Penyelenggaraan pendidikan menengah di tingkat madrasah bertujuan untuk menghasilkan kelulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, mampu mengembangkan potensi diri sebagai anggota masyarakat, bertanggungjawab dan demokratis, menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknolgi, memiliki etos dan budaya kerja, serta mampu memasuki dunia kerja atau mengikuti pendidikan lebih lanjut, sebagaimana yang tercantum dalam UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Standar Nasional
Standar Isi Standar Proses Standar Kompetensi Lulusan Tenaga Pendidik Sarana dan Prasarana Pengelolaan Pembiayaan Evaluasi


Kurikulum
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Bahan Kajian Mata Pelajaran Pedoman Pelaksanaan Silabus Bahan Ajar

I. Struktur kurikulum 2004 dan 2006 Madrasah Aliyah Almaarif Singosari
Struktur kurikulum berisi tentang :
a. Sejumlah mata pelajaran kelas X, XI, dan XII beserta jurusan dan program.
b. Sistem pembelajaran dari setiap program.
c. Alokasi waktu pembelajaran
Mata pelajaran mengutamakan kegiatan pembelajaran yang berjadwal dan berstruktur. Kegiatan pembelajaran dalam bentuk pengendalian perilaku dan pembentukan sikap yang diwujudkan dalam kegiatan rutin spontan. Alokasi waktu menunjukan satuan waktu yang digunakan untuk kegiatan tatap muka.

1.a Mata pelajaran kelas X, XI dan XII beserta program.
Tabel 1
STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH ALIYAH
PROGRAM BERSAMA (KELAS X)
Mata Pelajaran Alokasi Waktu
Semester 1 Semester 2
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al Quran - Hadits 2 2
b. Aqidah - Akhlaq 2 2
c. Fiqih 2 2
d. SKI - -
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa
a. Bahasa dan Sastra Indonesia 4 4
b. Bahasa Arab 3 3
c. Bahasa Inggris 4 4
4. Matematika 4 4
5. Kesenian *) *)
6. Pendidikan Jasmani *) *)
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Sejarah 2 2
b. Geografi 2 2
c. Ekonomi 2 2
d. Sosiologi 2 2
8. Ilmu Pengetahuan Alam
a. Fisika 2 2
b. Kimia 2 2
c. Biologi 2 2
9. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2
10. Kebahasaan 3 3
11. Muatan Lokal *) *)
Jumlah 47 47

*) Diatur sendiri oleh madrasah; alokasi waktu maksimal 2 jam per minggu, terintegrasi dalam kegiatan lifve skill.

Penjelasan Tabel 1
1. Alokasi waktu total yang disediakan untuk kelas X adalah 47 jam pelajaran per minggu
2. Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 40 menit dan total waktu tatap muka perminggu 47 jam pelajaran (1.880 menit)
3. Minggu belajar untuk kelas X Dalam 1 Tahun Pelajaran (2 semester) adalah ± 34 sampai dengan 40.
4. Total waktu tatap muka pertahun adalah 1.065 jam 20 menit s.d. 1.253 jam 20 menit. (63.920 s.d. 75.200 menit).
5. Pembelajaran rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diarahkan pada perwujudan ajaran Agama Islam dalam kehidupan sosial sehari-hari dengan menjalankan hak dan kewajiban kepada sesama, berfikir logis dan kritis terutama dalam memecahkan masalah, serta kreatif dan mampu memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.
Penjelasan teknis pelaksanaan program pembelajaran pendidikan agama diimplementasikan dalam bentuk kecakapan ubudiyah untuk kelas X, XI dan XII
6. Keterampilan / Bahasa Asing merupakan mata pelajaran yang pengalokasian waktunya mengikuti standar umum pembelajaran keterampilan (2 jam)
7. Muatan lokal merupakan mata pelajaran yang pengalokasian waktunya disesuaikan dengan tingkat keterampilan dan target kompetensi yang dikuasai serta pemilihannya berdasarkan minat, bakat dan kemampuan peserta didik untuk kelas X, XI dan XII.
8. Kegiatan khusus yang mendorong/mendukung pembentukan sikap dan perilaku diatur dan dilaksanakan oleh madrasah secara berintegrasi dalam pembelajaran mata pelajaran atau dalam bentuk pendidikan ekstrakurikuler bagi siswa kelas X dan XI.

Tabel 2
STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH ALIYAH
PROGRAM STUDI ILMU ALAM

Mata Pelajaran Alokasi Waktu
Kelas XI Kelas XII
Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al Quran – Hadits 2 2 2 2
b. Aqidah – Akhlaq 2 2 - -
c. Fiqih 2 2 2 2
d. SKI - - 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2
3. Bahasa
a. Bahasa dan Sastra Indonesia 4 4 4 4
b. Bahasa Arab 3 3 2 2
c. Bahasa Inggris 4 4 6 6
4. Matematika 6 6 8 8
5. Kesenian *) *) *) *)
6. Pendidikan Jasmani *) *) *) *)
7. Geografi - - - -
8. Fisika 4 4 5 5
9. Kimia 4 4 5 5
10. Biologi 4 4 5 5
11. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 - -
12. Keterampilan/Bahasa Asing *) *) *) *)
13. Muatan Lokal *) *) *) *)
Jumlah 45 45 46 46
*) Diatur sendiri oleh madrasah; alokasi waktu maksimal 2 jam per minggu
Penjelasan Tabel 2
1. Alokasi waktu total yang disediakan untuk kelas XI adalah 5 jam pelajaran per minggu.
2. Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 35 menit dan total waktu tatap muka perminggu 45 jam pelajaran (1.575 menit)
3. Minggu belajar untuk kelas XI dalam 1 tahun pelajaran (2 semester) adalah ± 34 s.d. 40 minggu.
4. Total waktu tatap muka pertahun adalah 892 jam 30 menit s.d. 1.050 jam (53.550 s.d. 63.000 menit).
5. Minggu belajar untuk kelas XII semester 1 adalah 18 minggu. Jadi total waktu tatap muka semester 1 adalah 552 jam (33.120 menit). Semester 2 adalah 14 minggu. Jadi total waktu tatap muka adalah 429 jam 20 menit (25.760 menit)

Tabel 3
STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH ALIYAH
PROGRAM STUDI ILMU SOSIAL

Mata Pelajaran Alokasi Waktu
Kelas XI Kelas XII
Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al Quran dan Hadits 2 2 2 2
b. Aqidah dan Akhlaq 2 2 - -
c. Fiqih 2 2 2 2
d. SKI - - 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2
3. Bahasa
a. Bahasa dan Sastra Indonesia 4 4 4 4
b. Bahasa Arab 3 3 2 2
c. Bahasa Inggris 4 4 5 5
4. Matematika 4 4 6 6
5. Kesenian 2 2 *) *)
6. Pendidikan Jasmani *) *) *) *)
7. Sejarah 3 3 3 3
8. Geografi 3 3 3 3
9. Ekonomi 5 5 6 6
10. Sosiologi 4 4 3 3
11. Teknologi Informasi dan
Komunikasi 2 2 - -
12. Keterampilan/Bahasa Asing *) *) *) *)
13. Muatan Lokal *) *) *) *)
Jumlah 45 45 46 46
*) Diatur sendiri oleh madrasah; alokasi waktu maksimal 2 jam per minggu
Penjelasan Tabel 3
1. Alokasi waktu total yang disediakan untuk kelas XI adalah 46 jam per minggu.
2. Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 40 menit dan total waktu tatap muka permingggu 46 jam pelajaran (1.840 menit)
3. Minggu belajar untuk kelas XI dalam 1 tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 – 40 minggu.
4. Total waktu tatap muka pertahun adalah 1.042 jam 35 menit – 1.226 jam 35 menit (62.560 – 73.600 menit).
5. Minggu belajar untuk kelas XII semester 1 adalah 18 minggu. Jadi total waktu tatap muka semester 1 adalah 552 jam (33.120 menit). Semester 2 adalah 14 minggu. Jadi total waktu tatap muka adalah 429 jam 20 menit (25.760 menit)

Tabel 4
STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH ALIYAH
PROGRAM STUDI BAHASA

Mata Pelajaran Alokasi Waktu
Kelas XI Kelas XII
Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al Quran dan Hadits 2 2 2 2
b. Aqidah dan Akhlaq 2 2 - -
c. Fiqih 2 2 2 2
d. SKI - - 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 5 5
4. Bahasa Arab 3 3 7 7
5. Bahasa Inggris 5 5 6 6
6. Matematika 4 4 - -
7. Kesenian *) *) *) *)
8. Pendidikan Jasmani *) *) *) *)
9. Sejarah 2 2 2 2
10. Antropologi 2 2 2 2
11. Sastra Indonesia 4 4 4 4
12. Bahasa Asing Lain 6 6 2 2
13. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 - -
14. Keterampilan *) *) *) *)
15. Muatan Lokal *) *) *) *)
Jumlah 45 45 46 46
*) Diatur sendiri oleh madrasah; alokasi waktu maksimal 2 jam per minggu
Penjelasan Tabel 4
1. Alokasi waktu total yang disediakan untuk kelas XI adalah 46 jam per minggu.
2. Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 40 menit dan total waktu tatap muka permingggu 46 jam pelajaran (1.840 menit)
3. Minggu belajar untuk kelas XI dalam 1 tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 – 40 minggu.
4. Total waktu tatap muka pertahun adalah 1.042 jam 35 menit – 1.226 jam 35 menit (62.560 – 73.600 menit).
5. Minggu belajar untuk kelas XII semester 1 adalah 18 minggu. Jadi total waktu tatap muka semester 1 adalah 552 jam (33.120 menit). Semester 2 adalah 14 minggu. Jadi total waktu tatap muka adalah 429 jam 20 menit (25.760 menit)
1.b. Sistem Pembelajaran
Pembelajaran bernasis kompetensi merupakan program pembelajaran dimana hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta didik, sistem penyampaian dan indikator pencapaian hasil belajar melalui kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik madrasah membagi dalam beberapa bagian pembelajaran antara lain, yakni :
1. Pembelajaran dalam kegiatan belajar.
2. pembelajaran kontekstual (CTL).
3. Pengalaman belajar dan kecakapan hidup (live skill).

Dari ketiga proses sistem pembelajaran tersebut dikelompokkan dalam beberapa macam kompetensi, antara lain :
1. Kompetensi di dalam pendidikan agama.
2. Kompetensi di dalam program pendidikan saint .
3. Kompetensi di dalam program pendidikan social
4. Kompetensi di dalam program pendidikan kebahasaan.

Pembelajaran berbasis kompetensi dilaksanakan dalam dua bentuk kegiatan pembelajaran, yaitu :
a. Pembelajaran tatap muka /Indoor ( pembelajaran di dalam ruang belajar)
b. Pembelajaran tatap muka /Outdoor (pembelajaran di luar ruang kelas) .

1. Kompetensi di dalam Pendidikan Agama
a. Indoor
Materi pembelajaran Al quran Hadits, Aqidah Akhlak dan Fiqih, disampaikan dalam sistem tutorial, dan kajian kitab diharapkan siswa memiliki pemahaman konsep sesuai dengan sumbernya.
b. Outdoor
Pengembangan konsep dalam standar kompetensi di lapangan diwujudkan dalam praktek kecakapan ubudiyah, seperti menghafal surat/ayat-ayat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, pembiasaan sikap iffah, musawa dan ukhuwah yang terintegrasi dalam pelaksanaan terstruktur sebagai syarat mengikuti ujian dan pelaporan evaluasi belajar.
2. Kompetensi di dalam program Pendidikan Sains
a. Indoor
Penggabungan konsep sains dan teknologi yang diterapkan dalam pembelajaran inkuiri, visual dan praktek labolatorium yang terstruktur dan terevaluasi secara langsung oleh guru bidang studi dan laboran.
b. Outdoor
Pembelajaran yang berbasis masalah yang ditemukan di lapangan dalam bentuk studi lapang melengkapi referensi ilmu yang telah didapat.
3. Kompetensi di dalam bidang sosial
a. Indoor
Pengembangan konsep dengan kajian kitab yang menunjukkan sisi positif dan negatif dalam kehidupan sehari-hari.
b. Outdoor
Melihat secara langsung aktifitas usaha dalam dunia wirausaha, wiraswasta dalam bentuk badan usaha perindustrian maupun jasa.

4. Kompetensi di dalam kebahasaan
a. Indoor
Mengembangkan kecakapan berbahasa melalui labolatorium kebahasaan, program sudi kelompok kebahasaan.
b. Outdoor
Menerapkan kecakapan berbahasa inggris dan berbahasa arab dalam kegiatan belajar dan berinteraksi sosial antar teman dan guru.
1.c. Alokasi Waktu
Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.
Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya sebagaimana tabel berikut ini.


Alokasi Waktu pada Kelender Pendidikan

No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan
1. Minggu efektif belajar Minimum 34 minggu dan maksimum 38 minggu Digunakan untuk kegiatan pembelajaran efektif pada setiap satuan pendidikan
2. Jeda tengah semester Maksimum 2 minggu Satu minggu setiap semester
3. Jeda antarsemester Maksimum 2 minggu Antara semester I dan II
4. Libur akhir tahun pelajaran Maksimum 3 minggu Digunakan untuk penyiapan kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun pelajaran
5. Hari libur keagamaan 2 – 4 minggu Daerah khusus yang memerlukan libur keagamaan lebih panjang dapat mengaturnya sendiri tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif
6. Hari libur umum/nasional Maksimum 2 minggu Disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah
7. Hari libur khusus Maksimum 1 minggu Untuk satuan pendidikan sesuai dengan ciri kekhususan masing-masing
8. Kegiatan khusus sekolah/madrasah Maksimum 3 minggu Digunakan untuk kegiatan yang diprogramkan secara khusus oleh sekolah/madrasah tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif

Penetapan Kalender Pendidikan
1. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.
2. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
3. Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur serentak untuk satuan-satuan pendidikan.
4. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut pada dokumen Standar Isi ini dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah/pemerintah daerah.
H. Data Prestasi Siswa
Beberapa prestasi akademik maupun non akademik yang diraih siswa MA Almaarif Singosari selama 5 tahun seperti pada tabel berikut ini:
PRESTASI SISWA BIDANG AKADEMIK DAN NON AKADEMIK
SISWA MA ALMAARIF SINGOSARI
TAHUN 2001-2006
No Nama Kegiatan Th. Juara Tingkat Penyelenggara
1 Durroh Fuadin Kurniawati Lomba Karya Ilmiah Remaja SLTA
2001 II Se-Kab.Malang KSR-PMI UNISMA
Ilmiatul Ulya
Masyhud Sabila Rosyad
2 Faisol Choironi dkk. Lomba cepat tepat Bahasa Arab 2001 III Se-Jawa Timur HMJ Sastra Arab UNISMA Malang
3 Faisol Choironi dkk. Lomba Khotbah Bahasa Arab 2001 II Se-Jawa Timur HMJ Sastra Arab UNISMA Malang
4 Masyhud Sabila Rosyad Arabic Speech Contest 2001 I Se-Kab/Kodia Malang LDK Universitas Gajayana Malang
5 Nikmatur Rohmah Lomba MKQ Putra 2001 I Se-Kab. Malang Universitas Widya Gama Malang
6 Sholihah Lomba MKQ Putri 2001 III Se-Kab. Malang Universitas Widya Gama Malang
7 M. Yono Lomba MTQ II Putra 2001 I Se-Kab. Malang Universitas Widya Gama Malang
8 Raudhatul Jannah Lomba MTQ II Putri 2001 I Se-Kab. Malang Universitas Widya Gama Malang
9 Ahmad Suhaimi Lomba MTQ Putra 2001 Juara Harapan Se-Kab. Malang Universitas Widya Gama Malang
10 Atik Mahsanah Lomba MTQ II Putri 2001 Juara Harapan Se-Kab. Malang Universitas Widya Gama Malang
11 M. Yasir Amin Lomba Kaligrafi 2001 III Se-Jawa Timur MA Darut Taqwa Sengon Agung Pasuruan
12 Anik Ruqoiyah dkk Lomba LCC Akutansi 2002 III Se-Jawa Timur Fakultas Ekonomi UNISMA
13 M. Hidayatullah Lomba Puisi Bahasa Arab 2002 I Se-Jawa Timur Pan. Pekan Dua Bahasa STAIN Malang
14 M. Hidayatullah Lomba Pidato Bahasa Arab 2002 II Se-Jawa Timur Pan. Pekan Dua Bahasa STAIN Malang
15 Alfin Maulana Lomba Baca Puisi Bahasa Arab 2003 I Se-Jawa Timur MA Darut Taqwa Sengon Agung Pasuruan
16 Kholidatul Khusna Lomba Pidato Bahasa Indonesia 2003 II Se-Jawa Timur MA Darut Taqwa Sengon Agung Pasuruan
17 Suhaimi Lomba Pidato Bahasa Arab 2003 I Se-Jawa Timur MA Darut Taqwa Sengon Agung Pasuruan
18 Atik Mahsanah Lomba Baca Puisi Bahasa Inggris 2003 II Se-Jawa Timur MA Darut Taqwa Sengon Agung Pasuruan
19 TIM/REGU PRAMUKA Lomba Karya Tulis Remaja 2003 II Putri Se-Jawa Bali LKP UNISMA
20 TIM/REGU PMR Lomba Sosio Drama 2004 II Se-Jawa Bali Universitas Widya Gama Malang
21 M. Ihsan Ufiq Lomba Kaligrafi 2004 I Se-Jawa Timur UNISMA
22 Kholidatul Husna Lomba Khitoba 2004 I Se-Jawa Timur U I N Malang
23 M. Yono Lomba Qiroah 2004 Harapan I Se-Jawa Timur U I N Malang
24 M. Ihsan Ufiq Lomba Kaligrafi 2004 I Se-Jawa Timur U I N Malang
25 Tim/Regu MA Lomba Sholawat Al Banjari 2004 I Se-YP. Almaarif YP. Almaarif Singosari
26 Tim/Regu MA Lomba Sholawat Al Banjari 2004 II Se-Malang Raya PC. IPNU-IPPNU Singosari
27 Kholidatul Husna Seleksi Siswa Teladan SMA/MA 2004 I Se-Kecamatan DIKCAM Singosari
28 M. Lingga Muttaqin Seleksi Siswa Teladan SMA/MA 2004 II Se-Kecamatan DIKCAM Singosari
29 Ayu Kurniawati Olimpiade Matematika 2004 IV Sekecamatan DIKNAS Kab. Malang
30 PS. MA Almaarif Lomba Paduan Suara SMA/MA 2004 II Se Kab. Malang DIKNAS Kab. Malang
31 Hibatul Wafiroh Lomba Puisi Putri 2005 V Se-Jawa Timur Kanwil DIKBUD Jatim
32 TIM/REGU PMR Lomba Karikatur 2006 III Se-Jawa Timur Universitas Gajahyana Malang
33 M. Fadil Lomba Puisi Putra 2006 I Sekecamatan DIKNAS Kecamatan Singosari
34 Vicky Iza El Rahma Lomba Puisi Putri 2006 II Sekecamatan DIKNAS Kecamatan Singosari
35 M. Afif Hermawan Lomba Kaligrafi 2006 I Se-Jawa Timur UM Malang
36 Tim/Regu MA Lomba Sholawat Al Banjari 2006 II Se-Jawa Timur UM Malang
37 M. Ihsan Ufiq Lomba Kaligrafi 2006 II Se-Jawa Timur UNISMA

KH. Moh. Tidjani Djauhari, M.A.

Ulama, Cendekiawan, dan Mujahid Tarbiyah
Pengabdian kepada umat harus senantiasa dilakukan secara kaffah, total dan maksimal. Demikian prinsip yang mengakar kuat di jiwa (alm) KH. Moh. Tidjani Djauhari, M.A. hingga maut menjemputnya, Kamis, 27 September 2007. Ibarat matahari, kehadiran Tidjani, tidak saja sebagai penebar cahaya, ia adalah cahaya itu sendiri yang mampu menerangi ruang kesadaran umat Islam dari segala penjuru.

Matahari Itu Terbit

Moh. Tidjani dilahirkan pada 23 Oktober 1945 di Prenduan, sebuah desa kecil 22 km di sebelah timur kota Pamekasan dan 30 km di sebelah barat kota Sumenep. Kelahirannya menyempurnakan suara genderang kemerdekaan bangsa Indonesia dari cengkraman kolonialisme. Mendidihkan gemuruh jihad para mujahid fi sabilillah ketika mempertahankan harkat dan martabat bangsa Indonesia dengan segala jiwa dan raga. Saat itu, Prenduan, juga kota-kota lainnya di Indonesia, berada dalam euforia kemerdekaan setelah 350 tahun lamanya hidup dalam kerangkeng penjajah.

Moh. Tidjani adalah putera keempat dari tujuh bersaudara. Ayahnya, KH. Djauhari Chotib, adalah seorang ulama besar, tokoh Masyumi, dan pendiri Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Kepemimpinan KH Djauhari di Hizbullah, berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter dan mental kepemimpinan Tidjani di masa mendatang.

Ditilik dari silisilah ayahnya, ada darah keturunan KH. As’ad Syamsul Arifin, ulama kharismatik pendiri PP. Salafiyah Syafi’iyah, Situbondo, mengalir di jiwanya. “Almarhum Kiai As’ad Syamsul Arifin adalah sepupu dari nenek saya. Jadi masih keluarga sendiri,’ tukasnya suatu ketika. Sedangkan dari pihak ibunya, Nyai Maryam, ia adalah keturunan Syaikh Abdullah Mandurah, salah satu muthowib di Mekkah asal Sampang, Madura, yang banyak melayani jamaah haji Indonesia.

Sejak kecil, Moh. Tidjani tumbuh berkembang dalam ranah pendidikan Islam yang sangat kental. Hal itu tak lepas peran ayahnya, Kiai Djauhari, yang berobsesi kelak Tidjani mampu menjelma pribadi muslim yang memiliki mental dan kepribadian yang tangguh. Karena itu, Tidjani kecil sangat akrab dan menikmati pendidikan keagamaan yang telah diterimanya sejak kecil. Tahun 1953, Tidjani menapakkan kakinya di bangku Sekolah Rakyat (SR) dan Madrasah Ulum Al-Washiliyah (MMA). Di sinilah, ia memulai belajar dasar-dasar ilmu pengetahuan. Hari-hari baginya adalah kesempatan emas untuk mengasah diri dan memperluas wawasan keilmuan. Tidjani sebagai matahari kecil mulai menebarkan cahaya. Cahayanya menelisik dan meranumkan senyum masyarakat Prenduan saat itu yang menaruh harapan besar di pundaknya.

Dari Gontor ke Saudi Arabia

Mengetahui minat dan bakat intelektual yang terpendam dalam Tidjani cukup besar, tahun 1958, Kiai Djauhari mengirimnya untuk nyantri di Pondok Modern Darussalam Gontor. Apalagi, Kiai Djauhari cukup kagum dengan sistem dan pola pendidikan modern yang diterapkan di pondok pimpinan KH. Imam Zarkasyi itu. Sebuah pondok yang tidak mengenal kamus dikhotomi antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Di sinilah, Tidjani memulai petualangan ilmu pengetahuannya. Tidak saja ilmu-ilmu keagamaan an sich yang ia pelajari, melainkan juga keterampilan dasar kepemimpinan dan manajemen. Tidjani dikenal santri yang cerdas. Tak ayal, prestasi akademik tertinggi pun selama nyantri Gontor diraihnya.

Bulan Januari 1964, Tidjani tamat dari KMI Gontor dan melanjutkan ke Perguruan Tinggi Darussalam (PTD) (ISID sekarang, red) sekaligus menjadi guru KMI Gontor. Waktu itu, Tidjani dipercaya sebagai sekretaris Pondok dan staf Tata Usaha PTD. Jabatan ini tergolong baru di Gontor. Jadilah Tidjani sebagai sekretaris pertama di Pondok Modern Gontor. Posisi sebagai sekretaris ia manfaatkan dengan maksimal. Jabatan inilah yang memungkinkannya untuk melakukan interaksi secara luas dengan berbagai pihak secara intens, tak terkecuali dengan (alm) KH. Imam Zarkasyi, yang kelak menjadi mertuanya, setelah Tidjani mempersunting putrinya, Anisah Fathimah Zarkasyi. Inilah kado paling berharga dalam petualangan panjang Tidjani belajar di Gontor, sekaligus menandai lahirnya babak baru komunikasi edukatif antara Al-Amien dan Gontor.

Setelah mengabdi setahun di Gontor, tahun 1965, Tidjani melanjutkan studinya di Universitas Islam Madinah. Ia diterima di Fakultas Syariah. Kesuksesan studinya di universitas ini, di antaranya, berkat usaha kakeknya, Syeikh Abdullah Mandurah. Tahun 1969, Tidjani tamat belajar tingkat license dari Fakultas Syariah Jamiah Islam Madinah dengan predikat mumtaz. Tak puas, tahun 1970, Tidjani melanjutkan studi magisternya di Jamiah Malik Abdul Aziz, Mekkah, hingga akhirnya lulus tahun 1973, dengan tesis “Tahqiq Manuskrip Fadhail Al-Quran wa Adaabuhu wa Muallimuhu li-Abi Ubaid Al-Qosim” (Keistimewaan Al-Quran: Etika dan Rambu-rambunya dalam Perspektif Abu Ubaid Al-Qosim). Sebuah kajian mendalam tentang sebuah manuskrip kitab tentang Al-Quran yang dikarang oleh Abu Ubaid Al-Qosim, seorang ulama Syam, yang hidup sezaman dengan Imam Syafi’ie. Bahasa asli kitab ini masih menggunakan bahasa Romawi. Untuk kepentingan inventarisasi dan pendalaman bahan penelitian ini, Tidjani menjelajahi perpustakaan-perpustakaan di Turki, Jerman, Belanda, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Spanyol hingga Mesir. Alhasil, penjelajahan intelektual-akademisi yang cukup melelahkan itu mengantarkannya meraih predikat mumtaz (cum laude) dari Jamiah Malik Abdul Aziz, Mekkah.

Selain aktivitas kampus, sejak 1967-1986, Tidjani aktif berkiprah dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI), Saudi Arabia, baik sebagai sekretaris, ketua, dan terakhir tercata sebagai penasihat PPI.

Menggayuh Karier di Rabithah ‘Alam Islami

Kisah ini bermula ketika M. Natsir – dai, ulama, politisi, ketua Partai Masyumi, dan mantan Perdana Menteri Pertama Republik Indonesia (1950-1951) — menghadiri undangan sebagai tamu pemerintah Saudi Arabia untuk mengetahui tim ulama dari Saudi Arabia, Irak, Tunisia, Maroko dan Mesir guna mengantisipasi problematika tanah Quds setelah jatuh ke tangan Zionis Yahudi tahun 1967. Saat itu, M. Natsir tercatat sebagai anggota Rabithah Alam Islami dan Muktamar Alam Islami. Kedatangan M. Natsir dimanfaatkan oleh Tidjani untuk berkenalan dan bersilaturrahim. Tidjani mengagumi sosok M. Natsir sebagai pibadi besar dan berwibawa. Tidjani masih tercatat sebagai mahasiswa di Jamiah Islamiyah Madinah.

Dalam kunjungan selanjutnya, M. Natsir mendengar ada putra Indonesia yang meraih predikat terbaik di Jamiah Malik Abdul Aziz, Mekkah. Mengetahui itu, M. Natsir takjub dan segera mencari informasi siapa putra Indonesia itu. Yang kemudian diketahui bernama Moh. Tidjani. Atas prestasi yang dicapainya itu, tahun 1974, M. Natsir merokemendasikan Tidjani untuk diterima bekerja di Rabithah Alam Islami. Sejak tahun itulah, Tidjani resmi berkarier di Rabithah Alam Islami dengan jabatan pertama sebagai muharrir (koresponden) yang tugas mengurusi surat-menyurat yang datang dari berbagai penjuru dunia. “Pak Natsir minta saya agar tidak pulang ke Indonesia dan belajar dulu di Rabithah. Saya menerima nasihat tersebut,” kenang Tidjani.

Kariernya di Rabithah melesat cepat. Beberapa jabatan penting pernah direngkuhnya, antara lain: Anggota Bidang Riset (1974-1977), Sekretaris Departemen Konferensi dan Dewan Konstitusi (1977-1979), Direktur Bagian Penelitian Kristenisasi dan Aliran-aliran Modern yang Menyimpang (1979-1981), Direktur Bagian Keagamaan dan Aliran-aliran yang Menyimpang (1983-1987), dan Direktur Bagian Riset dan Studi (1987-1988).

Keaktifannya di Rabithah Alam Islami inilah yang mengantarkannya menjelajahi berbagai negara di belahan dunia: Eropa, Afrika, Amerika, dan Asia. Di antaranya, tahun1976, Tidjani mengikuti Konferensi Islam di kota Dakkar, Senegal. Pada tahun yang sama, hadir dalam Konferensi Islam Internasional di Mauritania, Afrika. Tahun 1977, Tidjani mengikuti Seminar Hukum Islam di Chou University, Tokyo, Jepang. Sementara pada tahun 1978, Tidjani mengikuti Pertemuan Lintas Agama di Velenova University, Philadelpia dan Dallas, Texas, Amerika Serikat.

Antara tahun 1978-1982, Tidjani terpilih sebagai salah wakil Rabithah yang dikirim sebagai tim rekonsiliasi untuk menuntaskan masalah muslim Mindanau, Piliphina. Tugas yang sama dibebankan kepadanya, ketika tahun 1983, dikirim sebagai tim rekonsiliasi masalah politisasi agama di Burma dan konflik di Bosnia. Pada tahun ini pula, Tidjani mengikuti Pertemuan Lintas Agama di Birmingham dan Leeds University, Inggris.

Berlabuh di Al-Amien Prenduan

Ketika kariernya Rabithah Alam Islami berada di puncak. Tidjani memutuskan untuk pulang kampung halaman. Ibarat kacang, Tidjani tidak pernah lupa kulitnya. Bulan Januari 1989, Tidjani beserta keluarga tiba di Indonesia setelah kurang lebih 23 tahun lamanya bermukin di Tanah Suci, Mekkah. Tidjani sudah mencicipi asin garam perjalanan dakwah lewat organisasi Rabithah Alam Islami. Bahkan, manis pahitnya kebudayaan Timur Tengah sudah ia rasakan. Dalam komunikasi Bahasa Arab, boleh dikatakan, lisan Tidjani adalah lisan Arab.

Kepulangannya di Al-Amien Prenduan disambut gegap gempita. Tidjani memaknainya sebagai babak baru perjalanan dakwahnya, khususnya di bidang pendidikan. Misinya adalah merealisasikan dan menyempurnakan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, yang telah didirikan oleh ayahnya, Kiai Djauhari Chotib, tahun 1971, menjadi lembaga pendidikan Islam ala Gontor yang berkualitas, kompetitif, dan bertaraf internasional.

Bersama Idris Jauhari, adiknya, yang lebih awal eksis membina pondok sejak tahun 1971 dan Maktum Jauhari, adiknya, yang tiba dari Kairo, Mesir, setahun kemudian. Serasa mendapat amunisi baru, ketiganya, ditambah unsur pimpinan yang lain, bergerak cepat melakukan pembenahan dan penyempurnaan. Hasilnya, di antaranya, adalah pembangunan Masjid Jami’ Al-Amien (1989) dan membuka Ma’had Tahfidzil Quran (MTA) (1991) serta mengembangkan status Sekolah Tinggi Agama Islam menjadi Institut Dirosah Islamiyah Al-Amien (IDIA), dan pendirian Pusat Studi Islam (Pusdilam) (2003).

Dalam kurun waktu 18 tahun (1989-2007), Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan telah menjelma sebagai pondok yang representatif, disegani, dan berwibawa, sekaligus sebagai pondok tempat menyiapkan kader-kader pemimpin umat yang kompeten dan mumpuni. Hingga September 2007, sebanyak 5.243 santri, yang berdatangan dari seluruh penjuru Indonesia dan negera-negara tetangga, belajar dan menempa diri di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.

Dari Madura untuk Bangsa

“Jangan membangun di Madura, tapi bangunlah Madura,” demikian tegas Tidjani, pada sebuah kesempatan, menyikapi rencana industrialisasi Madura yang didahului dengan pembangunan jembatan Suramadu. Timbulnya dampak negatif-destruktif dari pembangunan Suramadu menjadi kekhawatiran banyak pihak, tak terkecuali Kiai Tidjani. Bersama ulama se Madura yang tergabung dalam Badan Silaturrahim Ulama Pesantren Madura (BASSRA), Tidjani melakukan serangkaian kegiatan, agar nantinya, pembangunan di Madura berjalan dalam koridor yang selaras dengan nilai-nilai budaya Madura yang islami. Ia menolak keras eksploitasi Madura demi kepentingan ekonomi semata.

Ide segarnya tentang “provinsiliasi Madura” hingga menjadikan Madura sebagai “Serambi Madinah” mendapat respon positif dari berbagai kalangan. Respon itu seperti tertuang dalam Hasil Kesimpulan Seminar Ulama Madura tentang Pembangunan dan Pengembangan Madura (1993), Piagam Telang Madura (1997), Rumusan Sarasehan “Menuju Masyarakat Madura yang Madani” (1999), Deklarasi Sampang (2006).

Terkait pebangunan di Madura, Tidjani menegaskan ada dua (2) hal yang harus segera dilakukan. Pertama, pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat Madura berdasarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang kokoh untuk meminimalisir dampak pembangunan. Kedua, pendidikan. Pendidikan terkait dengan penyiapan SDM yang berkualitas, hingga nantinya masyarakat Madura mampu memanfaatkan pembangun bukan malah dimanfaatkan oleh pembangunan. Nantinya, masyarakat Madura tidak lagi menjadi “orang asing” di negerinya sendiri.

Layaknya seorang kiai, sayap dakwah yang dikembangkan Tidjani tidak saja berputar pada persoalan Madura saja, totalitas pengabdian dan kiprahnya menjangkau segala persoalan bangsa, baik sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, dan lainnya.

Tidjani berusaha merekam segala detail persoalan dan problematika yang dihadapi umat Islam saat ini. Ketika aksi pornografi dan pornoaksi merebak dan meresahkan masyarakat, Tidjani beserta ulama BASSRA membuat pressure agar persoalan ini segera dituntaskan. Saat umat Islam Palestina diinjak-injak martabatnya oleh Zionis Yahudi, Tidjani, lewat BASSRA, mengutuk keras aksi biadab Zionis Yahudi dan menyerukan aksi solidaritas dari seluruh umat Islam sedunia.

Kecendekiawanan dan ketokohannya memantik apresiasi positif dari berbagai pihak. Berbagai posisi penting pernah diembannya. Antara lain, Ketua Forum Silaturrahmi Pimpinan Pondok Pesantren Alumni Pondok Modern Gontor (1992-2007), Dewan Pakar ICMI Jatim (1995-2000), salah seorang pendiri Badan Silaturrahmi Pondok Pesantren (BSPP) (1998), dan Ketua II Majlis Ma’had Aly Indonesia (2002)

Setelah 62 Tahun

Setelah 62 tahun, Tidjani mengabdikan dirinya untuk umat dan bangsa. Allah memanggilnya ke haribaan-Nya dengan senyum, Kamis dini hari (27/9) sekitar pukul 02.00 WIB di kediamannya. Almarhum wafat akibat penyakit jantung. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan ini meninggalkan seorang istri (Ny. Hj. Anisah Fathimah Zarkasyi), 3 putra (KH. Ahmad Fauzi Tidjani, MA, Imam Zarkayi, Abdullah Muhammadi), 5 putri (Hj. Shofiyah, Hj. Aisyah, Afifah, Amnah, dan Syifa’), dan 2 cucu (Syafiqoh Mardiana dan Ayman Fajri).

Selamat jalan Kiai! Semoga Allah menerima amal baik dan menempatkan Kiai di surga-Nya. Amin.
sumber Pon-pes Al-amien prenduan

Sejarah pondok


Pondok pesantren Nurul Hakim berdiri pada tahun 1387 H/1948 M, walaupun jauh sebelum itu telah lama dirintis oleh Almarhum Bapak TGH. Abdul Karim yaitu tahun 1924 M, sekembali beliau dari tanah suci Makkah setelah bermukim dari tahun 1919 M. sampai tahun 1924 M. Dengan modal sebuah mushalla kecil berukuran 8 x 8 m2 yang dipakai untuk semua aktifitas pendidikan. Di Makkah Al Mukarramah beliau menimba ilmu dari para alim ulama baik yang berasal dari suku sasak yaitu Bapak TGH. Abdul Hamid Sulaiman dan Bapak TGH. Mukhtar ataupun dari ulama yang bukan berasal dari suku sasak yaitu TGH. Umar Sumbawa, TGH. Arsyad Sumbawa, TGH. Mukhtar bin Attarib Bogor, TGH. Ahyat Khalifah Bogor, Syaikh Abdul Kadir Mandailing, TGH. Usman Serawak, TGH. Zainuddin Serawak, sedangkan guru-guru beliau yang bukan bangsa Indonesia adalah Syaikh Ibrahim Fathoni, Syaikh Jamaludin Maliky, Syaikh Sayid Alwi Maliky, Syaikh Abdul Jabbar, Syaikh Hasan Mufty Syafi'iyah bin Syaikh Sayyid Yamany, Syaikh Sayyid Yamany, Syaikh Sayyid Amin Qutby, dan dari yang terakhir in beliau memperoleh ijazah untuk mengajar.Di Mushalla tersebut beliau melakukan shalat setiap waktu dan mengajar mengaji Al Qur'an dan dasar-dasar agama Islam bagi masyarakat lingkungannya yaitu dusun Karang Bedil Desa Kediri.

Situs Nurul Hakim


Ke Website Nurul Hakim
Alhamdulillah, Ponpes Nurul Hakim sudah mempunyai website. Website yang kami inginkan dari dulu. Semoga pak Admin selalu mengupdate berita-berita seputar kehidupan Pondok dan tampilan konten-nya diperbagus lagi. dulu ada website yg dibuat sama akhi L.Hartawan (Alumni NH’99) yang beralamat di yang lebih bagus tampilannya dibandingkan dengan yang ini. Tapi kami bersykur terima kasih banyak atas lahirnya website pondok tercinta kita, semoga ini sebagai wadah silaturrahmi masyarakat dengan Pondok dan alumni antar santri maupun Alumni.

PONDOK PESANTREN NURUL HAKIM


PONDOK PESANTREN NURUL HAKIM

Pondok pesantren Nurul Hakim adalah salah satu lembaga pendidikan swasta di Lombok Barat NTB yang mengelola berbagai tingkatan pendidikan dan kegiatan-kegiatan dakwah, sosial dan lain-lainnya. Kegiatan terkonsentrasikan pada dua hal yaitu pendidikan dan dakwah disamping kegiatan penunjang lainnya pada bidang ekonomi dan sosial dan tidak berpolitik praktis atau menjadi anggota salah satu partai politik.

Visi dan Misi dari Ponpes Nurul Hakim adalah menciptakan anak didik yang bertauhid dan berakhlaqul karimah untuk menjadi generasi yang imany, amaly, dan robbany yang mampu membangun peradaban Islam pada semua sektor kehidupan serta menyebarkan, menyuburkan dan menumbuhkan syari'at, pemikiran dan tradisi intelektual Islam yang kaffah, adalah visi dan misi Pondok pesantren Nurul Hakim atas dasar itu maka system, kurikulum dan segala hal yang terkait dengan kegiatan pendidikan haruslah merupakan satu kesatuan yang terpadu.
Dengan system pendidikan yang disusun sedemikian rupa diharapakan santri/santriwati Pondok pesantren akan mampu melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi pada semua jurusan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, baik pada perguruan tinggi umum atau agama. Dalam jangka panjang diharapkan santri/santriwati dapat beribadah/beramal pada semua lini/sektor kehidupan untuk mengaktualkan tujuan agama Islam/syari'at Islam.